Kadinkes Tanjungpinang Ungkap Data Baru Kasus TB: Perlu Tingkatkan Pengecekan dan Pencegahan

Masyarakat Tanjungpinang diperkirakan ada terdapat 1.428 kasus TB pada tahun 2023 lalu, dengan 756 kasus atau 51 persen diantaranya berhasil ditemukan. Foto memperingati Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia di Aula Puskesmas Tanjungpinang, Senin (25/03/2024) (F-Sahrul).

Tanjungpinang (SN) – Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Rustam, menjelaskan berdasarkan data Global Tuberkulosis (TB) Report 2023, Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah kasus TB terbanyak setelah India dan Cina. Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 1.060.000 kasus TB dan 134.000 kematian akibat TB per tahun, atau sekitar 17 orang meninggal akibat TB setiap jamnya.

Dijelaskan Rustam, untuk di Kota Tanjungpinang sendiri, diperkirakan ada terdapat 1.428 kasus TB pada tahun 2023 lalu, dengan 756 kasus atau 51 persen diantaranya berhasil ditemukan.

“Tahun 2024 ini, diperkirakan ada 1.728 kasus TB, dengan 81 kasus atau 4,6 persen telah ditemukan hingga Februari,” kata Rustam saat memperingati Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia di Aula Puskesmas Tanjungpinang, Senin (25/03/2024).
.
Rustam mengungkapkan bahwa penemuan kasus TB di Tanjungpinang masih tergolong rendah, namun untuk lebih memastikan perlu pengecekan lebih detail dan itu perlu ditingkatkan. Untuk itu, ia mengajak setiap sektor untuk berpartisipasi aktif, termasuk posyandu, posbindu, perkantoran, tempat kerja, pesantren, lembaga pemasyarakatan, asrama, sekolah, panti jompo, serta lokasi populasi berisiko seperti pengungsian dan daerah kumuh.

“Semua elemen masyarakat harus dilibatkan dalam hal ini, sehingga akan terpantau keberadan kasus TB dan tentunya akan lebih mudah upaya pencegahan dan penanganannya,” ujarnya.

Ditambahkannya, dalam upaya pencegahan, pihaknya memperkenalkan inovasi baru untuk perluasan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), yang ditujukan bagi orang yang tidak sakit TB tetapi memiliki kontak serumah dengan pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis, petugas kesehatan yang berisiko tinggi, siswa berasrama, dan orang-orang yang berada di tempat pengungsian.

Rustam menyadari bahwa terapi pencegahan ini memiliki capaian yang masih rendah karena melibatkan orang yang merasa tidak sakit, namun memiliki kuman laten dalam tubuhnya.

“Ketika daya tahan tubuh menurun, kuman tersebut dapat menyebabkan orang tersebut jatuh sakit,” terangnya.

Selain itu, Rustam menekankan pentingnya kesadaran dan kepedulian seluruh lapisan masyarakat dalam mencegah penularan TB melalui perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk memperhatikan etika batuk dan bersin.

“Saya juga menyarankan bagi masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi dan memperhatikan sirkulasi udara serta akses sinar matahari di lingkungan rumah masing-masing,” jelas Rustam.

Wartawan : Sahrul
Editor : M Nazarullah

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *