Gubernur Kepri Serahkan Tanah Dan Air Ke Presiden di IKN Nusantara
Tanjungpinang (SN) – Gubernur Kepri Ansar Ahmad menyerahkan tanah dan air kepada Presiden RI Joko Widodo pada acara ritual penyatuan tanah dan air dari seluruh daerah se-Indonesia di Titik Nol IKN Nusantara, di Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022).
Terlihat dalam siaran langsung di Youtube-Skretariat Presiden, Gubernur Kepri terlebih dulu mengambil dan menyerahkan tanah yang ditempatkan di sebuah mangkok berwarna emas. Selanjutnya, Presiden menuangkan tanah yang diambil dari Kabupaten Lingga tersebut kedalam sebuah kendi atau bejana besar.
Usai Presiden menuangkan tanah selanjutnya Ansar Ahmad mengambil sebuah kendi atau teko yang juga berwarna emas yang berisi air.
Air tersebut diambil dari sebuah sumur di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang dan diserahkan ke Presiden lalu Presiden menuangkan air tersebut ke bejana yang sebelumnya sudah di tuangkan tanah.
Sebelumnya Gubernur Ansar mengatakan, bahwa air dan tanah yang ia bawa akan digunakan dalam ritual adat di IKN Nusantara. Diyakini ritual ini mengandung makna filosofis agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang sudah ada di bumi Nusantara.
“Sesuai masukan dan saran dari para tetua adat di Kepri, kita putuskan membawa tanah yang kita ambil dari Istana Damnah Daik-Lingga, dan air dari sumur Balai Adat Pulau Penyengat Indera Sakti,” kata Ansar Ahmad, Minggu (13/3/2022).
Kenapa tanah yang diambil dari Daik Lingga, menurut Ansar tanah ini berada di lokasi Struktur Cagar Budaya Bekas Tapak Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 semasa kesultanan Lingga – Riau Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883), serta dibantu oleh yang Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf Al – Ahmadi beserta Pemaisurinya (isteri) Tengku Embung Fatimah. Tepatnya tanah yang dibawa diambil dari lokasi Balai Bertitah (Singgasana) tempat Balai Pemerintahan Sultan yang merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga – Riau terakhir di Daik – Lingga Kabupaten Lingga Bunda Tanah Melayu.
Sesuai sejarah, istana Damnah tahta pemerintahannya ketika itu diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah (1883-1883) sebagai pemerintahan sementara, lalu dilantiklah dan dinobatkannya Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga – Riau pada Tahun 1875 dengan gelar sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1991) yang merupakan Sultan Lingga – Riau terakhir.
“Berdasarkan sejarah, sumber tanah yang kita bawa ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur Melayu di Kepri,” jelas Ansar.
Adapun alasan membawa air dari sumur Balai Adat Pulau Penyengat Indera Sakti dikarenakan banyak yang mengatakan bila aeseorang ke Tanjungpinang, Kepulauan Riau belumlah lengkap jika belum bertandang ke Pulau Penyengat serta minum atau sekedar cuci muka menggunakan air di Pulau tersebut.
Saat ini, situs – situs bersejarah yang ada di pulau Penyengat sedang diusulkan kepada UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan) untuk menjadi situs warisan dunia.
“Air tawar itu hingga saat ini tetap bisa dinikmati oleh masyarakat setempat dan para wisatawan yang datang berkunjung. Ada beberapa sumur di Penyengat dan salah satunya adalah yang berada di bawah gedung Balai Adat Pulau Penyengat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang – orang penting,” ujar Ansar lagi.
Sumur yang dimaksud oleh Gubernur Ansar tersebut hanya memiliki kedalaman sekitar 2,5 meter. Meski demikian tidak pernah kering sepanjang tahun walaupun di musim kemarau. Bahkan air sumur yang ditemukan sejak abad ke-16 tersebut tidak masin seperti kebanyakan sumber air yang berada dekat laut. walaupun sumur tersebut terletak hanya sekitar 30 meter dari pantai. (Su)