Tiga Lokasi di Batam Ditunjuk Jadi Kampung Nelayan Modern, Proyek Strategis Dimulai!

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) resmi menetapkan tiga wilayah di Batam sebagai bagian dari pembangunan Kampung Nelayan Modern tahap pertama di Indonesia. (F-Diskominfo Btam)

Batam (SN) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) resmi menetapkan tiga wilayah di Batam sebagai bagian dari pembangunan Kampung Nelayan Modern tahap pertama di Indonesia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 55 Tahun 2025, yang mencakup 65 lokasi kampung nelayan modern di seluruh Indonesia.

Walikta Batam, Amsakar Achmad, menyambut antusias keputusan tersebut. Ia menyebut ini sebagai langkah strategis yang harus dimaksimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

“Ini patut kita syukuri bersama. Ada tiga lokasi di Batam yang ditetapkan, yakni Tanjung Banun, Sekanak Raya, dan Pulau Kasu,” ujar Amsakar, pada Selasa (23/9/2025).

Pembangunan kampung nelayan ini tak hanya melibatkan pembangunan infrastruktur dasar, tetapi juga penyediaan fasilitas modern yang mendukung aktivitas nelayan secara menyeluruh. PT Adhi Karya ditunjuk sebagai kontraktor utama untuk melaksanakan proyek ini.

Setiap kampung nelayan modern akan dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang, antara lain: Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), Cold storage untuk menjaga kesegaran ikan, Gudang penyimpanan hasil tangkapan, Pabrik es batu, Gerai alat tangkap nelayan dan Bengkel perahu.

Amsakar menambahkan, sesuai arahan dari KKP, proyek ini ditargetkan rampung pada 30 Desember 2025, sehingga pada awal Januari 2026, seluruh fasilitas sudah bisa dimanfaatkan langsung oleh para nelayan.

Sementara itu, Wakil Walikota Batam, Li Claudia Chandra, menyampaikan bahwa pengelolaan kampung nelayan modern ini akan dipercayakan kepada Koperasi Nelayan Merah Putih, yang telah dibentuk di masing-masing lokasi.

Mengenai anggaran, Li menjelaskan bahwa dana yang dialokasikan bervariasi: Satu lokasi memperoleh anggaran sebesar Rp7 miliar, Lokasi lainnya Rp11 miliar, dan yang terbesar mencapai Rp17 miliar.

Dari ketiga titik, Tanjung Banun dinilai memiliki potensi paling besar karena posisinya yang strategis sebagai pusat bongkar muat hasil laut.

Proses pembangunan resmi telah dimulai pada Kamis, 18 September 2025 lalu, yang ditandai dengan survei lapangan dan penentuan titik nol. Pekerjaan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Pengusahaan (BP) Batam, yang turut menyusun master plan kawasan Tanjung Banun.

Kepala Dinas Perikanan Kota Batam, Yudi Atmajianto, menegaskan bahwa proses konstruksi sudah berjalan sesuai arahan Kementerian.

“Mudah-mudahan pengerjaan berjalan lancar dan bisa selesai tepat waktu, sehingga awal tahun depan fasilitas ini sudah beroperasi dan memberi dampak nyata bagi nelayan,” kata Yudi.

Yudi juga berharap pembangunan kampung nelayan modern ini bisa menjadi motor penggerak ekonomi baru di wilayah pesisir Batam. Tak hanya meningkatkan produktivitas dan efisiensi nelayan, tetapi juga membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar melalui koperasi.

“Dengan fasilitas yang lebih memadai, kualitas hasil tangkapan bisa lebih terjaga, biaya operasional lebih efisien, dan daya saing produk perikanan Batam bisa meningkat secara signifikan,” pungkasnya. (SN)

Editor : M Nazarullah

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *