Tiga Beban Penyakit Menghantui Indonesia: Menular, Tidak Menular, dan Stunting

Jakarta (SN) – Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam sektor kesehatan dengan fenomena yang dikenal sebagai “Triple Burden Disease”. Tiga beban penyakit ini terdiri dari masih adanya penyakit menular, tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular, serta munculnya penyakit baru yang infeksius.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dari total 8,07 juta kematian yang terjadi antara tahun 2017 hingga 2022, sebanyak 7,03 juta kasus di antaranya disebabkan oleh penyakit tidak menular.
Anggota DPR RI, dr. Gamal Albinsaid, mengungkapkan bahwa berdasarkan data WHO, sepuluh penyakit utama penyebab kematian di Indonesia mencakup stroke, jantung iskemik, dan diabetes, masing-masing dengan angka kematian yang mencolok.
“Penyakit jantung menjadi penyebab utama dengan biaya tertinggi untuk BPJS Kesehatan, mencapai Rp10,28 triliun, diikuti oleh kanker Rp3,54 triliun dan stroke Rp2,55 triliun,” ujar Gamal dalam keterangan persnya dikutip dari laman dpr ri.
Dalam konteks gizi, prevalensi stunting di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan hasil SKI 2023, prevalensi stunting mencapai 21,5 persen, di mana satu dari lima balita mengalami stunting, terutama pada usia 24 hingga 35 bulan. Target penurunan prevalensi stunting untuk tahun 2024 adalah 14 persen, namun pencapaian masih tersisa 7,5 persen dari capaian tahun 2023.
“Anggaran untuk penanganan stunting sudah cukup memadai, tetapi kinerja anggaran tersebut belum mencapai target yang diharapkan,” jelas dr. Gamal. Meskipun ada penurunan prevalensi stunting yang lambat, penanganan yang lebih efektif diharapkan dapat meningkatkan hasil yang lebih signifikan ke depan.
Faktor overnutrisi juga tak luput dari perhatian. Menurut data International Diabetes Federation (IDF) 2021, Indonesia berada di peringkat lima negara dengan kasus diabetes terbanyak, mencapai 19,5 juta orang yang terdiagnosis.
Dalam sepuluh tahun terakhir, kasus diabetes meningkat sebesar 166,94 persen. IDF memperkirakan angka ini akan terus meningkat, mencapai 28,6 juta pada tahun 2045. (*)
Editor : M Nazarullah