Tol Laut Dorong Pemerataan Ekonomi dan Tekan Disparitas Harga di Wilayah 3TP

Jakarta (SN) – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat konektivitas antarpulau dan memperkokoh ketahanan logistik nasional. Langkah nyata itu diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai program unggulan seperti Pelayaran Perintis Penumpang, Tol Laut (Angkutan Laut Perintis Barang), dan Angkutan Rede.
Hingga Triwulan III tahun 2025, sederet capaian positif berhasil diraih. Program-program tersebut tidak hanya membuka akses transportasi laut ke wilayah terpencil, tetapi juga mempercepat pemerataan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Tertinggal, Terpencil, Terluar, dan Perbatasan (3TP).
Dikutip dari laman resmi Hubla.dephub Kemenhub RI, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud, mengungkapkan bahwa sejak 2015, layanan angkutan laut perintis terus menjadi tulang punggung konektivitas di daerah yang belum terlayani jalur komersial.
Dimana pada 2025, sebanyak 107 trayek angkutan laut perintis telah beroperasi, melayani 480 pelabuhan singgah di 28 provinsi dan 184 kabupaten/kota. Hingga triwulan ketiga tahun ini, sudah terealisasi 2.154 voyage atau perjalanan kapal.
“Secara kumulatif sejak 2015 hingga 2025, layanan ini telah mengangkut 7,89 juta penumpang dan 1,36 juta ton barang,” ujar Masyhud.
Dari total trayek tersebut, 30 trayek dioperasikan oleh PT Pelni melalui mekanisme penugasan sesuai Perpres No. 2 Tahun 2016, sementara 77 trayek lainnya dijalankan oleh perusahaan pelayaran nasional melalui sistem e-katalog.
Program Tol Laut terus menjadi andalan pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan dan menekan disparitas harga antarwilayah. Hingga September 2025, program ini telah mencatat 523 voyage dan melayani 104 pelabuhan dari Sabang hingga Merauke.
Selama pelaksanaannya, tercatat 19.713 TEUs dan 1.328,92 ton muatan berangkat, serta 5.624 TEUs muatan balik.
“Capaian ini mencerminkan peningkatan distribusi logistik nasional, terutama dalam memastikan ketersediaan bahan pokok dan penting di wilayah 3TP,” jelas Masyhud.
Tahun depan, Kemenhub berencana mengoptimalkan trayek Tol Laut melalui perubahan pola subsidi dari subsidi operasional kapal menjadi subsidi titip kontainer. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi anggaran sekaligus memperkuat efektivitas distribusi logistik nasional.
Selain Tol Laut, program Angkutan Rede juga mencatat kinerja positif sebagai jembatan antarpulau jarak dekat. Hingga awal Oktober 2025, program ini telah melayani 75 pelabuhan singgah di 11 provinsi dan 25 kabupaten/kota, dengan total 444 trip perjalanan.
Tingkat keterisian kapal di lintasan lokal terbilang stabil, dengan total pergerakan 37.756 penumpang naik dan turun.
“Angkutan Rede terbukti efektif memperkuat mobilitas masyarakat dan distribusi logistik lokal, terutama di daerah kepulauan yang belum bisa disinggahi kapal besar,” kata Masyhud.
Meski berbagai capaian telah diraih, tantangan tetap ada. Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Budi Mantoro, mengungkapkan sejumlah hambatan, mulai dari keterbatasan fiskal, jumlah armada kapal, hingga infrastruktur pelabuhan yang belum memadai.
“Oleh karena itu, evaluasi dan pengawasan harus dilakukan secara berkelanjutan agar tujuan menghadirkan konektivitas yang merata, efisien, dan berkeadilan dapat terwujud menuju kemandirian trayek,” tegas Budi.
Ia menambahkan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci. “Dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan seluruh pemangku kepentingan dari perencanaan rute, penyediaan infrastruktur, hingga penguatan ekosistem logistik sistem transportasi laut yang tangguh dan berkelanjutan bisa segera terwujud,” pungkasnya. (SN)
Editor : Emha
