Tingkat Pengangguran Kepri Turun, Gubernur Soroti Serbuan Pencari Kerja dari Luar Daerah

Gubernur Kepri Ansar Ahmad, menyoroti derasnya arus pencari kerja dari luar daerah sebagai salah satu faktor yang memengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kepri. (F-Sketsa)

Tanjungpinang (SN) – Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, menyoroti derasnya arus pencari kerja dari luar daerah sebagai salah satu faktor yang memengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kepri. Hal ini disampaikannya saat membuka Musyawarah Provinsi VI Inkindo Kepri di Aston Hotel Tanjungpinang, Sabtu (11/10/2025).

“Kepri, terutama Batam sebagai kawasan FTZ, jadi magnet bagi pencari kerja dari berbagai daerah. Tapi banyak yang datang belum punya keahlian sesuai kebutuhan industri,” ujar Ansar, sebagimana dikutip daari laman resmi Pemprov Kepri.

Ia menilai perlu adanya pengaturan khusus terhadap arus masuk tenaga kerja dari luar, bukan untuk membatasi, tetapi memastikan mereka siap bersaing di dunia kerja.

Senada, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepri, Diky Wijaya, mengungkapkan bahwa Kepri memang jadi tujuan utama pencari kerja karena kebutuhan tenaga kerja di daerah ini cukup tinggi. Tercatat ada lebih dari 26 ribu perusahaan di 23 kawasan industri.

“Secara logika, kebutuhan tenaga kerja lebih tinggi dari jumlah pengangguran. Tapi karena banyak yang datang tanpa keterampilan, angka TPT tetap terlihat tinggi,” jelas Diky.

Baca Juga : Gubernur Kepri Soroti Pemangkasan Dana Pusat: Pembangunan Terancam Tersendat

Meski demikian, data BPS menunjukkan TPT Kepri terus menurun dalam tiga tahun terakhir, dari 7,61% (Februari 2023) menjadi 6,89% (Februari 2025). Bahkan, pengangguran menurun di seluruh kabupaten/kota, termasuk Batam dan Tanjungpinang.

Sejak 2021, Pemprov Kepri telah berhasil menyalurkan lebih dari 71 ribu tenaga kerja ke berbagai perusahaan. Upaya ini juga dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan keahlian dan pembangunan Balai Latihan Kerja di sejumlah wilayah.

Penurunan TPT juga berdampak positif pada penurunan angka kemiskinan. Pada Maret 2025, jumlah penduduk miskin di Kepri turun menjadi 4,44%, terendah sejak 2015 dan terbaik se-Sumatera.

Namun, gini rasio atau tingkat ketimpangan ekonomi justru meningkat dalam tiga tahun terakhir, menjadi 0,382 di 2025. Hal ini disebabkan oleh kesenjangan kenaikan pendapatan antara masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.

“Kepri ini ibarat gula yang manis, jadi wajar didatangi banyak ‘semut’. Tantangan kita adalah bagaimana memastikan semua punya daya saing,” tutup Diky. (Med-SN)

Editor : M Nazarullah

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *