Suhajar Sebut Inflasi Indonesia Relatif Stabil
Jakarta – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro mengapresiasi dan menyebut capaian inflasi Indonesia relatif stabil di skala global. Menurutnya, capaian tersebut terbilang positif, dibandingkan dengan negara lainnya di dunia yang cenderung mengalami kontraksi.
“Hari ini Indonesia adalah negara yang sangat stabil pengendalian inflasinya. Harga pangan terjangkau, produksi juga normal. Alhamdulilah dibandingkan dengan negara-negara lain kita berada pada posisi yang jauh sangat baik,” ujar Suhajar mewakili Mendagri saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Berdasarkan data yang dihimpun dari Trandingeconomics.com, diketahui peringkat inflasi Indonesia menempati angka 130 dari 186 negara di dunia yang diurutkan dari angka inflasi tertinggi hingga terendah. Kondisi tersebut dinilai menjadi angin segar dalam upaya pengendalian inflasi di Indonesia.
Suhajar menambahkan, torehan positif tersebut dapat dicapai berkat kerja keras semua pihak, baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini juga semakin menegaskan keseriusan pemerintah dalam mengoptimalkan pengendalian inflasi di lapangan.
“Tentunya ini Bapak Presiden mengakui (capaian baik ini) bagian dari kerja keras kita semua. Rakor inflasi di hari ini Senin ini yang kita laksanakan setiap hari adalah indikator kita untuk terus mengecek keseriusan kita di lapangan,” tambahnya.
Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut Suhajar berterima kasih kepada semua pihak, baik di jajaran kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Di lain sisi, meskipun secara umum capaian inflasi di Indonesia terbilang positif, Suhajar menekankan daerah yang mengalami inflasi tinggi untuk melakukan langkah pengendalian.
Daerah tersebut misalnya Kota Bandar Lampung, Pangkal Pinang, Timika, Kotabaru, Kotamobagu, Maumere, hingga Sumenep.
Di lain sisi, daerah juga diminta mencermati kenaikan sejumlah harga komoditas. Dia juga mendorong daerah agar terus memonitor baik dari proses produksi maupun distribusinya.
“Kalau kita lihat juga paparan dari BPS (disebutkan beberapa komoditas) harga yang masih sangat tinggi. Kenaikannya mencapai 9,3 indeks kenaikan harga, itu di Batanghari misalnya. Ini juga mohon perhatian kawan-kawan di lapangan, cabai merah, beras, ayam ras, mungkin produksi atau distribusinya,” tandasnya. (SN)
Sumber : Puspen Kemendagri