Kepri Pusat Perhatian WAAW 2025: Gubernur Ansar Ajak Masyarakat Cegah Krisis Antibiotik Global

Tanjungpinang (SN) – Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad menghadiri peringatan World Antimicrobial Awareness Week (WAAW) 2025 yang digelar Balai POM di Batam untuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Acara berlangsung di Aula Wan Seri Beni, Dompak, Tanjungpinang, Kamis (20/11/2025).
WAAW merupakan kampanye global tahunan dari WHO untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Antimicrobial Resistance (AMR) ancaman kesehatan dunia yang kian membahayakan dan telah menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya.
Setiap 18–24 November, seluruh dunia menyerukan aksi bersama untuk menghentikan penyalahgunaan antibiotik dan meningkatkan penggunaan yang tepat dan bertanggung jawab.
Fenomena resistensi antimikroba kini menjadi salah satu isu kesehatan paling serius. Antibiotik yang selama ini menjadi andalan pengobatan mulai kehilangan daya karena penggunaan yang sembarangan. Jika dibiarkan, dunia berpotensi menghadapi krisis kesehatan besar dalam beberapa dekade ke depan.
Kepala Balai POM di Batam, Ully Mandasari, melaporkan bahwa pelaksanaan WAAW 2025 di Kepulauan Riau menjadi salah satu yang terbesar secara nasional.
“Kegiatan ini diikuti lebih dari 422 peserta luring dan 827 peserta daring dari 20 provinsi. Total sekitar 1.300 peserta, menjadikan Kepri sebagai salah satu pelaksana terbesar WAAW tahun ini,” ungkapnya.

Ully menjelaskan bahwa kegiatan ini menindaklanjuti Surat Edaran Gubernur Kepri tentang pengendalian penggunaan antibiotik, sekaligus memperkuat kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan One Health integrasi kesehatan manusia, hewan, pangan, dan lingkungan.
Acara juga diisi dengan penandatanganan komitmen bersama pencegahan AMR serta melibatkan tenaga kesehatan, akademisi, organisasi masyarakat, dan mitra strategis seperti GP Farmasi.
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif BPOM RI, William Adi Teja, mengingatkan bahwa resistensi antimikroba adalah “musuh tak terlihat” dengan dampak yang sangat nyata.
“Lebih dari 1,2 juta orang meninggal setiap tahun akibat infeksi yang tak lagi bisa diobati. Jika tidak ada tindakan nyata, angkanya bisa melonjak menjadi 10 juta kematian per tahun pada 2050,” tegas William.
Ia juga mengapresiasi Pemerintah Provinsi Kepri, terutama Gubernur Ansar Ahmad, yang telah menunjukkan komitmen kuat melalui penerbitan Surat Edaran Gubernur terkait pengendalian penggunaan antibiotik.
Dalam sambutannya, Gubernur Ansar memberikan apresiasi atas terselenggaranya WAAW 2025 di Kepri. Ia menekankan pentingnya pengawasan obat ilegal serta penggunaan antibiotik secara bijak untuk melindungi masyarakat.
Ansar juga memuji peran strategis BPOM dalam mendukung pengawasan obat dan makanan, termasuk membantu pelaku UMKM meningkatkan kualitas produk hingga siap bersaing di pasar ekspor.
“Banyak produk UMKM kita yang lolos pengesahan BPOM setelah melalui proses sterilisasi bakteri. Ini membuka peluang besar untuk masuk pasar internasional,” ujarnya.
Ia menambahkan, posisi Kepri sebagai jalur perdagangan internasional membuat daerah ini rentan dimasuki produk impor ilegal yang tidak terkontrol dan berpotensi membahayakan masyarakat.
“Tidak sedikit produk ilegal yang beredar tanpa izin edar, bahkan mengandung mikroba berbahaya. Kita semua harus waspada dan bergerak bersama,” tegas Ansar.
Sebagai penutup, Gubernur menegaskan bahwa pengendalian AMR bukan sekadar tugas pemerintah, tetapi gerakan kolektif yang harus diambil bersama untuk melindungi masyarakat dan menjaga daya saing produk lokal.
“Kita ingin menuju Indonesia Emas 2045. Semua masalah yang menghambat, termasuk penyalahgunaan antibiotik dan peredaran obat ilegal, harus kita hadapi dengan gotong royong,” tutupnya. (Adv)
Editor : Emha
