Kolaborasi TNI AL dan Pemkab Bintan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Udang

LANAL Bintan, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan elemen Forkopimda, menginisiasi budidaya udang vaname di Desa Pengujan, Senin (8/9/2025). (F-Ist)

Bintan (SN) – Pangkalan Angkatan Laut (LANAL) Bintan, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan elemen Forkopimda, menginisiasi budidaya udang vaname di Desa Pengujan sebuah langkah nyata yang tak hanya menjanjikan panen, tapi juga harapan untuk masa depan pangan Bintan.

Bupati Bintan Roby Kurniawan bersama Komandan LANAL Bintan Kolonel Laut (P) Dr. Eko Agus Susanto dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) bergotong royong menabur benih udang di Tambak Udang Ketahanan Pangan milik LANAL Bintan.

“Hari ini bukan sekadar kita menabur benih, tapi sekaligus menabur harapan untuk masa depan yang lebih baik. Kemandirian pangan harus dimulai dari daerah,” tegas Bupati Roby dalam sambutannya, penuh optimisme, Senin (8/9/2025).

Baca Juga : Atasi Kemiskinan Ekstrem, Mendagri Minta Pemda Tak Asal Salur Bantuan

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada TNI AL, khususnya LANAL Bintan, atas kepeduliannya terhadap isu pangan lokal.

“Mari terus kita kolaborasikan langkah-langkah nyata seperti ini untuk menciptakan ketahanan pangan yang membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat,” ajaknya.

Kolonel Laut (P) Dr. Eko Agus Susanto menyebut budidaya udang ini bukan proyek dadakan. Persiapan sudah dilakukan selama beberapa bulan terakhir dan menjadi bagian dari rangkaian peringatan HUT TNI AL ke-80.

Baca Juga : Polresta Tanjungpinang Gencar Cegah Kenakalan Remaja, Gelar Penyuluhan di SMAN 2

Dengan luas tambak mencapai 5 hektare dan 9 kolam budidaya, proyek ini menampung sekitar 160.000 benih udang vaname, dengan target panen sebesar 80–90 persen. Jika berhasil, tambak ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar 4,2 ton udang hidup dengan berat rata-rata 30 gram per ekor.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) sendiri merupakan komoditas primadona di dunia perikanan budidaya. Masa panennya yang relatif singkat—antara 3 hingga 5 bulan menjadikannya pilihan strategis dalam mendukung ketahanan pangan, terutama di wilayah pesisir seperti Bintan. (SN)

Editor : M Nazarullah

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *