Di Hadapan 38 Negara Islam, Prabowo Gaungkan Persatuan dan Aksi Nyata untuk Palestina

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, bersama Ketua DPR RI Puan Maharani dan Presiden Parlemen Pantai Gading Adama Bictogo, secara resmi membuka konferensi akbar ini yang dihadiri para pemimpin parlemen dari 38 negara anggota PUIC, di Ruang Paripurna DPR RI Jakarta, Rabu (14/5/2025) (F-DPR RI)

Jakarta (SN) – Dentuman gendang ‘Tabuik’ menggema megah di Gedung Nusantara, DPR RI, menandai pembukaan Inaugural Conference Session of the 19th Session of the Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC). Irama sakral itu bukan hanya simbol pembukaan, tetapi juga gaung persatuan dunia Islam.

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, bersama Ketua DPR RI Puan Maharani dan Presiden Parlemen Pantai Gading Adama Bictogo, secara resmi membuka konferensi akbar ini yang dihadiri para pemimpin parlemen dari 38 negara anggota PUIC.

Dalam pidato pembukaannya, Presiden Prabowo menggelegar dengan seruan yang menggugah: “Sudah saatnya dunia Islam bersatu! Palestina tidak bisa menunggu lagi!” Seruan tersebut disambut tepuk tangan meriah para delegasi yang memenuhi Ruang Paripurna DPR RI di Jakarta, Rabu (14/5/2025) dikutip dari laman dpr ri.

Dengan nada lantang dan penuh keyakinan, Prabowo menegaskan bahwa dunia Islam tak bisa terus-menerus terjebak dalam perdebatan tanpa tindakan nyata. Ia menyerukan keberanian untuk mengambil langkah konkret dalam membela Palestina.

“Saya ulangi kembali di forum ini, sudah tiba waktunya jangan kita sekadar berdiskusi, jangan hanya menyusun resolusi-resolusi lagi. Rakyat Palestina terlalu lama menjadi korban. Mereka membutuhkan keberpihakan, tindakan yang nyata,” tegasnya.

Baca Juga : Libur Waisak 2025 Lancar dan Tertib, ASDP Layani Hampir 430 Ribu Penumpang Tanpa Kendala

Presiden juga memastikan bahwa Indonesia tidak akan surut mendukung perjuangan bangsa Palestina. “Indonesia akan terus berdiri bersama Palestina. Perjuangan ini akan semakin kuat bila kita, dunia Islam, bisa bersatu,” lanjutnya.

Membawa semangat sejarah, Prabowo mengangkat sosok Muhammad Al-Fatih — penakluk Konstantinopel — sebagai teladan pemuda Islam yang memimpin dengan iman, ilmu, dan visi. Ia mengajak generasi muda Islam untuk belajar dari keteladanan tersebut.

Namun, Prabowo tidak hanya berbicara tentang semangat — ia juga menekankan fondasi strategis: tata kelola pemerintahan yang baik, lembaga yang kuat, serta pemberantasan korupsi dan ketimpangan.
“Tidak ada negara miskin yang kuat. Untuk keluar dari kemiskinan, kita butuh pemerintahan yang bersih,” ujarnya, merujuk pada tema konferensi tahun ini: Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience.

Presiden menyoroti pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kunci kebangkitan umat. Ia menyebut program besar Indonesia seperti swasembada pangan dan energi sebagai contoh langkah konkret dalam memperkuat ketahanan nasional.

“Kalau kita tidak bisa mengurus bangsa kita sendiri, bagaimana kita bisa membantu umat yang sedang dalam kesusahan? Kalau kita lemah, suara kita bahkan tidak akan didengar,” ujarnya tegas.

Dalam penutupan pidatonya, Prabowo membagikan percakapannya dengan Sultan Brunei Darussalam, di mana keduanya sepakat bahwa kekuatan umat Islam harus digunakan bukan untuk mendominasi, tapi membawa rahmat bagi seluruh dunia.

“Ajaran Islam adalah ajaran perdamaian, cinta kasih. Inilah esensi agama kita, dan inilah warisan yang harus kita hidupkan kembali,” pungkasnya. (SN)

Editor : Mukhamad

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *