PANTUNESIA, Aplikasi Pantun Berbasis AI Pertama di Dunia Lahir dari Kepulauan Riau

Tanjungpinang (SN) – Inovasi dari budayawan muda Kepulauan Riau, Dato Setia Perdana Yoan S. Nugraha, S.Pd, kembali mencuri perhatian nasional. Setelah riset panjang sejak 2019, Yoan bersama tim resmi memperkenalkan PANTUNESIA, aplikasi pantun pertama di dunia yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dan konsep gamifikasi.
Gagasan ini berangkat dari kegelisahan Yoan melihat pantun yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda masih digunakan secara terbatas.
“Selama ini pantun cenderung eksklusif, hanya hadir di acara adat atau disampaikan pejabat di momen-momen tertentu. Padahal pantun adalah sastra lisan paling dinamis,” ujarnya, Selasa (2/12/2025).
Baca Juga : BMKG Tingkatkan Akurasi Data Laut Batam dengan Verifikasi X-band Radar Maritim
Didukung tiga talenta muda teknologi, Pandu, Doni, dan Agam, serta pakar musik Said Fakhrur Ar Rozzie, Yoan merancang aplikasi yang bukan hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Di PANTUNESIA, AI berperan sebagai penilai kreativitas pantun, sementara seluruh pengalaman pengguna dikemas dalam format permainan interaktif.
“Pantunesia menanamkan AI sebagai evaluator dan dibentuk layaknya game. Pengguna belajar pantun tanpa merasa digurui, sekaligus terampil mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Pandu, Head of Technology PANTUNESIA.
Terobosan ini membuat PANTUNESIA lolos seleksi Program Budaya-Go Kementerian Kebudayaan dan berhasil masuk 10 besar nasional, menyingkirkan ratusan proposal inovasi budaya lainnya. Tim PANTUNESIA dijadwalkan tampil pada Grand Final Budaya-Go, 4–8 Desember 2025 di Jakarta Pusat.
Meski kompetisi belum usai, Yoan memastikan PANTUNESIA siap meluncur ke publik. “Menang atau kalah, PANTUNESIA Insya Allah tetap kami rilis pada 17 Desember 2025, tepat di peringatan Hari Pantun Sedunia,” tegasnya.
Baca Juga : Bintan Rayakan Hari Jadi ke-77, Penuh Optimisme Menuju “Bintan Juara”
Perjalanan PANTUNESIA dimulai pada 2019 melalui eksperimen sederhana bernama “Kartu Pantun”, sebuah inovasi kreatif yang masih penuh keterbatasan.
“Kekurangannya, kartu itu bersifat fisik dan harus dipandu oleh orang yang benar-benar paham pantun,” kenang Yoan.
Pada 2022, konsep tersebut berkembang menjadi versi digital beta dalam bentuk presentasi dinamis. Namun, prototipe itu masih membutuhkan perangkat keras tambahan sehingga kurang praktis. Nama PANTUNESIA mulai digunakan pada fase ini, diinisiasi bersama pemantun Tanjungpinang, Rendra Setyadiharja.
Kini, PANTUNESIA telah berevolusi menjadi aplikasi edukasi pantun paling canggih di dunia, dilengkapi AI, delapan level tantangan, serta antarmuka gamifikasi yang interaktif. Dengan pendekatan modern ini, PANTUNESIA bukan hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menyajikan pengalaman belajar pantun yang relevan bagi generasi digital.
PANTUNESIA menjadi bukti bahwa budaya tidak harus berjalan di belakang teknologi keduanya dapat tumbuh bersama. Melalui aplikasi ini, pantun tidak lagi sekadar warisan, tetapi hadir sebagai keterampilan masa kini yang hidup, dinamis, dan dapat dinikmati siapa saja. (YN-SN)
Editor : Emha
