Wagub Kepri Serukan Kesiapsiagaan Maritim: “Ancaman Pencemaran Laut Semakin Nyata”

Batam (SN) – Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura, menghadiri Table Top Exercise National Marine Pollution Exercise (Marpolex) 2025 yang digelar di Ballroom Aston Batam Hotel & Residence, Kota Batam, Senin (17/11/2025).
Kegiatan latihan nasional penanggulangan tumpahan minyak di laut ini dibuka langsung oleh Wakil Menteri Perhubungan RI, Suntana, dan diikuti puluhan pemangku kepentingan lintas instansi.
Berbagai unsur strategis hadir dalam kegiatan ini, mulai dari Komando Daerah Angkatan Laut IV Batam, KSOP Khusus Batam, Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, BP Batam, Pemko Batam, hingga perwakilan instansi terkait lainnya.
Dalam sambutannya, Wamenhub Suntana menegaskan pentingnya sinergi antarlembaga maritim dalam merespons potensi pencemaran laut yang semakin kompleks. Seluruh pihak, katanya, harus berada pada tingkat kesiapsiagaan tinggi untuk mengantisipasi insiden pencemaran di perairan Indonesia.
“Setiap instansi harus memiliki kesiapan yang matang dan pemahaman komprehensif dalam menangani insiden pencemaran laut, terutama menghadapi berbagai ancaman yang terus berkembang,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa Marpolex bukan sekadar latihan rutin, melainkan ajang strategis untuk memastikan koordinasi lintas instansi berjalan cepat, efektif, dan terukur.
“Saya berharap seluruh peserta mengikuti latihan ini dengan sungguh-sungguh dan merumuskan satu pemahaman bersama untuk menjaga dan melindungi laut kita,” tegasnya.
Pemilihan Batam sebagai lokasi juga dinilai tepat, mengingat posisinya yang sangat strategis di jalur perdagangan tersibuk dunia serta berbatasan langsung dengan negara lain.
Wagub Nyanyang menekankan bahwa Kepri merupakan wilayah dengan karakteristik maritim yang sangat kompleks. Lebih dari 96 persen wilayah Kepri adalah perairan, dan sebagian besar berada di jalur pelayaran internasional yang padat.
“Kepri berada pada salah satu choke point dunia, yakni Selat Malaka, serta berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 1. Tingginya lalu lintas kapal, aktivitas migas, dan industri maritim membuat wilayah ini sangat rentan terhadap insiden pencemaran, khususnya tumpahan minyak,” jelasnya.
Secara akademik, tambah Wagub, tumpahan minyak berskala besar dapat merusak ekosistem laut, memutus rantai makanan, hingga menurunkan produktivitas masyarakat pesisir. Dampak kesehatan jangka panjang juga menjadi ancaman nyata yang memerlukan intervensi lintas sektor.
Karena itu, ia menilai kegiatan Marpolex sangat relevan, bukan hanya sebagai pemenuhan protokol nasional di bidang marine safety, tetapi juga sebagai instrumen kebijakan untuk memperkuat perlindungan lingkungan laut di tingkat regional.
Wagub Nyanyang menyebut bahwa pelaksanaan Table Top Exercise (TTX) merupakan fase strategis dalam rangkaian Marpolex 2025. Melalui TTX, berbagai skenario darurat dapat disimulasikan secara sistematis dan berbasis kajian risiko. Dari kegiatan ini, beberapa manfaat utama dapat diperoleh:
- Menguji alur komando dan koordinasi antarinstansi dalam merespons tumpahan minyak.
- Mengidentifikasi hambatan operasional sebelum memasuki tahap latihan lapangan.
- Mengintegrasikan data spasial, prosedur, serta standar operasional sesuai regulasi.
- Memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, daerah, aparat pertahanan, dan pelaku usaha.
Wagub menegaskan bahwa Kepri akan terus berkomitmen meningkatkan kapasitas penanggulangan keadaan darurat maritim.
Menurutnya, keberhasilan mitigasi pencemaran laut tidak hanya bergantung pada teknologi dan sumber daya, tetapi juga pada kekuatan tata kelola koordinasi, kecepatan respons, serta akurasi pengambilan keputusan.
“Dengan kerja sama yang kuat, kita dapat menjaga laut sebagai sumber kehidupan dan masa depan masyarakat maritim Indonesia,” pungkasnya. (Adv-SN)
Editor : Emha
