Bangkit dari Krisis, Indonesia Jadi Negara Pertama Dunia yang Kantongi Sertifikasi Radiasi Udang dari FDA

Kepala Badan Mutu KKP, Ishartini, memberikan keterangan kepada media terkait udang Indonesia kembali diterima masuk ke pasar Amerika Serikat, disampikan di Jakarta, Kamis (6/11/2025). (F-KKP RI)

Jakarta (SN) – Pemerintah resmi mengumumkan bahwa udang Indonesia kembali diterima masuk ke pasar Amerika Serikat, setelah U.S. Food and Drug Administration (FDA) menetapkan Badan Mutu KKP sebagai Certifying Entity (CE) untuk sertifikasi bebas Cesium-137 (Cs-137).

Penetapan ini menempatkan Indonesia sebagai negara pertama di dunia yang memperoleh mandat sertifikasi radiasi untuk sektor perikanan sebuah tonggak sejarah yang menjadikan Indonesia pencetak standar global, bukan sekadar reaktif terhadap krisis.

Mulai 31 Oktober 2025, skema sertifikasi bebas Cs-137 resmi beroperasi penuh. Dalam momentum tersebut, KKP bersama BAPETEN dan Bea Cukai melepas ekspor perdana pasca-pemulihan: 7 kontainer udang dengan volume 106 ton senilai USD 1,22 juta (sekitar Rp 20,14 miliar) menuju Amerika Serikat.

Seluruh pengiriman telah melalui pemeriksaan sesuai ketentuan Yellow List dan dipastikan bebas kontaminasi radiasi Cs-137 saat melewati Radiation Portal Monitor (RPM).

“Udang Indonesia tetap jadi primadona di pasar Amerika Serikat. Kami terus memperkuat pengawasan dan pengendalian mutu. Target kami, pada November ini lebih dari 200 kontainer udang bebas Cesium siap diekspor,” kata Ishartini, Kepala Badan Mutu KKP, Kamis (6/11/2025) dikutip dari laman resmi KKP RI.

Menurut Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan, Doni Ismanto Darwin, penanganan isu temuan radioaktif Cs-137 menjadi contoh nyata kolaborasi lintas lembaga yang efektif. Dalam hitungan hari, KKP bersama BAPETEN, KLHK, Bea Cukai, dan bahkan otoritas Amerika Serikat, langsung melakukan audit lapangan, membuka data, serta memperkuat fasilitas laboratorium.

“Dalam kasus ini, negara benar-benar hadir. Tidak ada diam. Dalam waktu 2–3 bulan, Indonesia berhasil kembali menembus pasar AS dengan sistem sertifikasi yang diakui FDA. Ini bukan hanya pemulihan ekspor ini bukti bahwa sistem mutu kita transparan, tangguh, dan dipercaya dunia,” sebut Doni Ismanto Darwin.

Udang masih menjadi komoditas utama ekspor perikanan Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai USD 1,397 miliar pada periode Januari–September 2025. Disusul Tuna–Cakalang–Tongkol: USD 763,51 juta, Cumi–Sotong–Gurita: USD 574,75 juta, Rajungan–Kepiting: USD 377,65 juta dan Rumput Laut: USD 233,86 juta

Pasar Amerika Serikat tetap menjadi tujuan utama, menampung 63,1% ekspor udang Indonesia. Bahkan, ekspor udang ke AS tumbuh 16,3% (YoY) hingga September 2025, dan naik 16,6% dibanding Agustus 2025.

“Peningkatan ini menunjukkan kemampuan kita memulihkan kepercayaan pasar dengan cepat. Dalam waktu singkat, ekspor kembali stabil bahkan meningkat,” ujar Catur Sarwanto, Direktur Pemberdayaan Usaha PDSPKP.

KKP juga memastikan mutu udang dijaga sejak dari tambak. Direktur Ikan Air Payau Ditjen Perikanan Budidaya, Fernando Jongguran Simanjuntak, menegaskan bahwa pembinaan petambak dilakukan melalui penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).

“Kami aktif turun ke lapangan memastikan CBIB diterapkan agar produk udang memiliki jaminan mutu, keamanan pangan, dan ramah lingkungan. Udang Indonesia harus dikenal sebagai produk dengan kualitas terbaik di dunia,” kata Fernando Jongguran Simanjuntak.

Sebelumnya, temuan Cs-137 pada Juli 2025 di fasilitas PT BMS Cikande, Serang, sempat memicu perhatian. Namun, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa kasus tersebut bersifat lokal dan tidak berasal dari tambak atau sistem budidaya.

Bahkan, nilai deteksi ±68 Bq/kg yang ditemukan FDA berada jauh di bawah ambang batas Derived Intervention Level (1.200 Bq/kg). Pemerintah memilih untuk tidak berdebat, melainkan memimpin dengan data dan sains, mengedepankan prinsip “zero compromise” terhadap keamanan pangan dan standar ekspor.

Keberhasilan ini bukan hanya tentang ekspor udang yang kembali berjalan, tetapi juga simbol transformasi besar dalam tata kelola mutu ekspor Indonesia. (SN)

Editor : Emha

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *