Aksi Heroik Bidan Dona Lubis Menyeberangi Sungai Deras untuk Selamatkan Pasien TBC, Ketua DPR Puan Maharani Terpanggil Beri Respons

Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengapresiasi keberanian luar biasa Dona Lubis, seorang bidan penuh dedikasi dari Puskesmas Duo Koto, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, yang rela menantang bahaya demi membawa obat bagi pasien TBC di pedalaman. (F-DPR-RI)

Jakarta (SN) – Di tengah derasnya aliran Sungai Batang Pasaman yang mengancam nyawa, Dona Lubis, seorang bidan penuh dedikasi dari Puskesmas Duo Koto, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, rela menantang bahaya demi membawa obat bagi pasien TBC di pedalaman.

Video perjuangan Dona menyeberangi sungai tanpa jembatan itu menyentuh hati banyak orang dan viral di media sosial, menggambarkan betapa besar pengorbanan tenaga medis di daerah terpencil.

Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengapresiasi keberanian luar biasa Dona. Namun di balik pujian itu, Puan juga menyimpan keprihatinan mendalam terhadap realita kurangnya pemerataan infrastruktur yang membuat pengabdian seperti Dona harus menjadi kewajiban yang melelahkan.

“Cerita Ibu Dona bukan hanya tentang keberanian, tapi cermin kegagalan kita sebagai negara untuk hadir memberikan akses dasar yang layak bagi warga,” ujar Puan, Rabu (6/8/2025) dikutip dari laman DPR RI.

Baca Juga : Respon Bijak Prabowo Soal Bendera ‘One Piece’: Kenegarawanan di Tengah Ekspresi Generasi Muda

Bidan Dona (46 tahun) harus berjuang menyeberangi sungai deras tanpa jembatan sepanjang 15 meter yang putus sejak Jumat (1/8/2025). Akses terputus total ke Kejorongan Sinuangon, Nagari Cubadak Barat, membuat perjalanan Dona penuh risiko. Meski begitu, tekadnya untuk mengobati pasien yang membutuhkannya tak pernah surut.

Bagi Puan, kisah Dona adalah gambaran nyata bahwa di negeri ini masih banyak daerah yang terpinggirkan.

“Tidak seharusnya keberanian dan pengorbanan individu menggantikan peran negara dalam menyediakan layanan kesehatan dan infrastruktur yang layak,” tegas perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR RI ini.

Baca Juga : Festival Budaya Melayu 2025 di Tanjungpinang: Kolaborasi Jaga Warisan, Rayakan Identitas Bangsa

Ia menegaskan, setiap warga negara berhak atas akses kesehatan yang setara dan aman. Ketika jembatan putus membuat akses layanan terhenti, bukan hanya obat dan logistik yang tertunda, tapi juga nyawa yang terancam.

“Ini bukan hanya soal satu bidan atau satu pasien. Ini soal sistem yang harus diperbaiki. Keadilan pembangunan harus dirasakan hingga pelosok negeri,” tambahnya.

Puan mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk mengambil langkah tegas dan konkret, mulai dari memperkuat anggaran infrastruktur kesehatan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), hingga memastikan sistem transportasi darurat yang menjangkau wilayah sulit. “Perlindungan bagi tenaga medis lapangan juga harus menjadi prioritas, agar mereka tak hanya berjuang sendirian,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Puan meminta adanya kebijakan insentif yang mempertimbangkan risiko geografis dan keterpencilan, agar para bidan, perawat, dan dokter mendapat penghargaan dan perlindungan yang layak.

DPR RI berkomitmen mengawal ketat pengalokasian anggaran dan implementasi kebijakan lintas kementerian agar anggaran kesehatan dan infrastruktur benar-benar sampai ke titik-titik terdepan negeri.

“Wajah negara akan terlihat jelas dari bagaimana kita melayani mereka yang paling rentan. Jika seorang bidan harus berenang melawan arus sungai demi tugas, itu panggilan bagi kita semua untuk bertindak nyata,” pungkas Puan. (SN)

Editor : Mukhamad

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *