Ledakan Kasus Sifilis Capai 23 Ribu, DPR: Ini Alarm Bahaya untuk Masa Depan Bangsa

Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher mengungkap data Kementerian Kesehatan RI, tercatat lebih dari 23.000 kasus sifilis sepanjang tahun 2024. (F-DPR RI)

Jakarta (SN) – Lonjakan mengejutkan kasus sifilis di Indonesia memantik keprihatinan mendalam dari Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, tercatat lebih dari 23.000 kasus sifilis sepanjang tahun 2024, angka yang membuat banyak pihak terhenyak.

“Ini bukan sekadar isu kesehatan. Ini alarm bahaya bagi masa depan generasi bangsa,” tegas Netty dalam pernyataan resminya yang dikutip dari Parlementaria, Senin (23/6/2025) dikutip dari laman DPR RI.

Sifilis, infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, menyebar melalui kontak seksual dan bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang tidak masuk kategori perilaku seksual berisiko tinggi. Luka pada organ intim, mulut, atau bahkan bibir dapat menjadi pintu masuk bakteri mematikan ini.

Netty menyebut lonjakan kasus tersebut mencerminkan lemahnya perlindungan negara terhadap kesehatan reproduksi warganya, terutama generasi muda.

“Minimnya edukasi yang bernilai, terbatasnya layanan kesehatan, dan rapuhnya ketahanan keluarga jadi kombinasi mematikan yang perlu segera diatasi,” ujar politisi Fraksi PKS itu.

Baca Juga : Darurat HIV & IMS: Pemerintah Gaspol Menuju Eliminasi 2030

Oleh karena itu, Politisi Fraksi PKS ini mendorong pemerintah melakukan beberapa hal. Pertama, penguatan edukasi kesehatan reproduksi di sekolah dan masyarakat, dengan materi yang ramah nilai, tidak vulgar, dan sesuai karakter bangsa Indonesia;

Kedua, Pelayanan deteksi dini sifilis secara gratis dan rahasia di Puskesmas dan layanan primer, agar masyarakat tidak takut untuk memeriksakan diri; Ketiga, Penguatan ketahanan keluarga dan perlindungan anak dan remaja, agar mereka memiliki pegangan nilai dan lingkungan yang mendukung pilihan hidup sehat.

Keempat, Sinergi antar-kementerian dan tokoh masyarakat untuk membangun gerakan sosial yang mencegah penyebaran penyakit menular seksual melalui pendekatan preventif dan kultural.

“Pemerintah tidak boleh hanya muncul saat angka penyakit meledak. Lebih penting adalah kehadiran nyata saat anak-anak kita butuh arahan hidup sehat dan bermartabat,” tegas Netty.

Baca Juga : Empat Pulau di Kepri Dijual di Situs Asing, DPR RI: Ini Pengkhianatan terhadap Kedaulatan

Baginya, ini bukan hanya soal kesehatan semata, tapi soal nasib bangsa di masa depan. Saat penyakit seksual menyerang dari balik ketidaktahuan dan ketakutan, negara harus hadir sebagai pelindung dan pendidik yang bijaksana. (SN)

Editor : Mukhamad

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *