Jelang Puncak Haji, Layanan Medis Jadi Sorotan: Malaysia dan Indonesia Bahas Tantangan Bersama

Pengarah Operasi Rombongan Haji Perubatan Malaysia, dalam kunjungannya ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Sabtu (31/5/2025). (F-Kemenkes)

Makkah (SN) – Kurang dari sepekan menuju puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), perhatian dunia tidak hanya tertuju pada kesiapan spiritual jemaah, tapi juga pada kesiapan layanan medis.

Negara-negara dengan jumlah jemaah besar, seperti Indonesia dan Malaysia, kini tengah berjibaku menghadapi tantangan operasionalisasi pelayanan kesehatan di tengah kebijakan baru Arab Saudi.

Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah pembatasan kuota petugas medis oleh Pemerintah Arab Saudi. Hal ini disampaikan langsung oleh dr. Shafiq Samsudin, Pengarah Operasi Rombongan Haji Perubatan Malaysia, dalam kunjungannya ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Sabtu (31/5/2025).

“Dari 31.600 jemaah haji Malaysia, sebelumnya kami hanya mendapat jatah petugas di bawah 316 orang. Padahal idealnya 1 petugas untuk 100 jemaah,” ungkap dr. Shafiq. “Alhamdulillah, kuota akhirnya ditambah, dan kami perjuangkan agar tim medis tetap utuh.” sebagaimana dikutip dari laman Kemenkes.

Baca Juga : Terlantar di Gurun Makkah, Tiga WNI Jadi Korban Visa Haji Ilegal — DPR Desak Pengawasan Diperketat

Namun, persoalan tidak berhenti di jumlah petugas. Salah satu tantangan terberat adalah aturan baru yang membatasi tindakan medis oleh tim kesehatan negara pengirim. Kini, penanganan pasien jemaah hanya boleh dilakukan di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS), kecuali tindakan dasar atau darurat.

“Kami, Singapura, dan negara lain mengalami kendala yang sama. Tidak mudah beradaptasi ketika seluruh proses perawatan harus melalui fasilitas milik Arab Saudi,” katanya.

Kunjungan delegasi Malaysia ke KKHI tidak hanya untuk silaturahmi, namun juga sebagai forum tukar pengalaman dan strategi. Mereka ingin belajar dari Indonesia dalam menangani jemaah sakit dan rentan, terlebih di tengah keterbatasan ini.

Menanggapi kunjungan tersebut, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, dr. Mohammad Imran, MKM, menyampaikan bahwa tim kesehatan Indonesia terus berupaya mengoptimalkan pelayanan. Salah satunya dengan memperkuat kunjungan ke hotel-hotel tempat jemaah menginap.

“Para dokter spesialis, dokter umum, dan perawat kami tugaskan untuk melakukan visitasi rutin, terutama untuk memantau jemaah dengan komorbid atau yang baru keluar dari RSAS,” jelasnya.

Baca Juga : Menag Nasaruddin Umar: Tantangan Besar Haji 2025 Berhasil Diurai dengan Inovasi dan Keberanian

Ia menambahkan, rujukan ke RSAS memang menjadi satu-satunya jalan untuk penanganan lanjutan, meskipun hal ini menambah beban rumah sakit di Arab Saudi.

“Padahal peran Tim KKHI bisa sangat membantu meringankan beban RSAS, karena keterbatasan tempat tidur dan tenaga medis di sana. Tapi kita tetap harus patuh pada regulasi yang berlaku,” pungkas dr. Imran. (SN)

Editor : Mukhamad

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *