Era Baru Jurnalisme: Ketika Kecerdasan Buatan Mengetuk Pintu Redaksi

– Seminar World Press Freedom Day (WPFD) 2025

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Tanjungpinang menggelar seminar dalam rangka World Press Freedom Day (WPFD) 2025 di Orang Roemah Coffe & Eatery, Km 12, Kota Tanjungpinang, , Minggu sore (4/5/2025). (AJI Tpi)

Tanjungpinang (SN) – Dunia pers tak lagi sama. Di tengah gelombang besar transformasi digital, kecerdasan buatan (AI) kini mulai mengambil tempat dalam dapur redaksi, memantik perdebatan hangat antara inovasi dan etika.

Itulah benang merah dalam seminar bertajuk “Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Pers: Etika, Fakta, dan Kebebasan” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Tanjungpinang dalam rangka peringatan World Press Freedom Day (WPFD) 2025, Minggu sore (4/5/2025), di Orang Roemah Coffee & Eatery, Km 12, Tanjungpinang.

Menghadirkan para pakar mulai dari akademisi hingga penguji Dewan Pers, diskusi ini menjadi panggung pembahasan mendalam tentang bagaimana AI mulai mengubah wajah industri media—baik sebagai alat revolusioner maupun potensi ancaman tersembunyi.

Abdul Rahman, Dosen Prodi KPI STAIN Sultan Abdurrahman, membuka diskusi dengan menegaskan bahwa AI bukan sekadar alat bantu, tetapi bisa menjadi game changer di dunia jurnalistik.

“Dari menulis naskah otomatis hingga analisis big data untuk liputan investigatif, AI menawarkan percepatan luar biasa. Tapi jangan lupa, teknologi ini juga bisa membawa bias algoritma yang berbahaya,” katanya mengingatkan.

Baca Juga : AJI Tanjungpinang Ulas Masa Depan Pers di Tengah Gempuran AI

Ia menyerukan peran aktif akademisi dalam menjaga agar perkembangan AI tetap sejalan dengan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.

Kepala Diskominfo Kepri, Hasan, menekankan pentingnya prinsip etika dalam penggunaan AI. Ia menguraikan sembilan nilai dasar, mulai dari inklusivitas dan keamanan data, hingga akuntabilitas dan transparansi.

“AI adalah alat, bukan tuan. Ia harus tunduk pada hukum dan nilai sosial kita,” tegasnya.

Hasan menyuarakan kekhawatiran bahwa tanpa etika, inovasi teknologi justru bisa menjadi bumerang yang mengancam hak privasi publik.

Nikolas Panama, penguji Uji Kompetensi Dewan Pers, membagikan pandangan langsung dari ruang redaksi. Menurutnya, AI memang mampu meningkatkan efisiensi, tetapi tak bisa menggantikan insting dan sentuhan manusia.

“Kontrol manusia tetap vital, mulai dari riset hingga verifikasi akhir. Jangan sampai AI membuat kita kehilangan semangat kritis,” ujarnya.

Baca Juga : Peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia: AJI Soroti Lonjakan Kekerasan dan Ancaman AI terhadap Jurnalisme

Ia mengingatkan, teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan alasan untuk bermalas-malasan di ruang redaksi.

Ahli Pers Dewan Pers, Munirul Ikhwan, menutup sesi dengan nada serius, bahwa publik berhak tahu kapan dan bagaimana AI digunakan dalam pembuatan berita.

““Tanpa transparansi, kepercayaan publik bisa runtuh. Media harus terbuka, bahkan menyebut jenis aplikasi AI yang digunakan,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa apapun alat yang digunakan manusia atau mesin karya jurnalistik harus tetap menjunjung etika, bebas dari hoaks, diskriminasi, fitnah, dan unsur cabul.

Ketua AJI Tanjungpinang, Sutana, dalam sambutannya, berharap seminar ini menjadi momen refleksi bagi jurnalis Kepri dalam menghadapi gelombang perubahan.

“Di tengah derasnya arus digitalisasi, jurnalisme yang beretika dan bertanggung jawab harus tetap jadi jangkar,” ujarnya. (SN)

Baca Juga : KKJ Kecam Kekerasan Aparat Terhadap Jurnalis Saat Meliput Demo Hari Buruh

Editor : M Nazarullah

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *