Evakuasi Warga Gaza: Langkah Mulia Presiden Prabowo yang Perlu Dihitung Cermat

Jakarta (SN) – Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk mengevakuasi sekitar 1.000 warga Gaza ke Indonesia sebagai wujud nyata solidaritas kemanusiaan menuai respons hangat dari berbagai pihak.
Salah satu suara yang turut angkat bicara adalah Anggota Komisi I DPR RI, Yulius Setiarto, yang menyambut baik gagasan ini namun mengingatkan agar langkah besar tersebut tetap berpijak pada prinsip dasar politik luar negeri Indonesia.
Berbicara di Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (16/4/2025), Yulius menekankan pentingnya kehati-hatian dalam merancang langkah kemanusiaan yang juga sarat makna politik ini.
“Sejak era Presiden Soekarno, posisi Indonesia sudah sangat tegas: kita berdiri di sisi perjuangan rakyat Palestina. Maka, semua bentuk bantuan, termasuk evakuasi ini, harus ditempatkan dalam kerangka dukungan terhadap kemerdekaan Palestina,” ujarnya tegas dikutip dari laman DPR RI.
Yulius menilai, niat baik Presiden Prabowo ini patut diapresiasi sebagai bentuk simpati yang tulus, namun ia mengingatkan bahwa efektivitas dari langkah tersebut perlu dikaji lebih dalam. Ia mempertanyakan, apakah evakuasi benar-benar merupakan solusi paling tepat dalam situasi yang sangat kompleks ini?
“Apakah memindahkan 1.000 warga Gaza ke Indonesia benar-benar akan meringankan penderitaan mereka? Atau justru akan lebih efektif jika kita menyalurkan bantuan langsung ke wilayah konflik atau ke negara tetangga seperti Mesir dan Yordania?” tanyanya.
Lebih jauh, politisi dari Fraksi PDI-Perjuangan itu juga mengingatkan bahwa langkah ini tidak boleh disalahartikan sebagai bentuk kompromi politik internasional, terutama di mata negara-negara besar seperti Amerika Serikat.
“Kita harus berhati-hati. Niat baik bisa saja disalahartikan sebagai langkah diplomatik yang ambigu. Padahal, yang sedang kita perjuangkan adalah nilai-nilai kemanusiaan, bukan manuver politik,” ungkapnya.
Yulius juga menyarankan agar pemerintah menunggu hasil kunjungan Menlu RI ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, sebagai dasar pertimbangan strategis sebelum mengambil keputusan final.
Ia mendorong agar pemerintah membuka ruang diskusi publik untuk menggali lebih banyak alternatif.
“Mungkin saja kita tidak perlu melakukan relokasi, tapi bisa membangun rumah sakit lapangan di Gaza, mengirim tenaga medis, atau menggelontorkan bantuan logistik dalam skala besar. Itu bisa lebih berdampak langsung dan tetap sesuai prinsip bebas aktif kita,” jelas Yulius.
Tak lupa, ia menekankan pentingnya sinergi dengan badan internasional seperti UNRWA dan ICRC, agar langkah Indonesia mendapat penguatan dan pengakuan global.
“Yang terpenting bukan soal jadi atau tidaknya evakuasi. Tapi bagaimana bantuan Indonesia bisa benar-benar dirasakan oleh rakyat Gaza, tanpa menggeser posisi strategis kita di kancah politik global,” tutupnya. (SN)
Editor : Mukhamad