Mengembalikan Keseimbangan Tubuh Setelah Puasa: Tips Sehat dari Dokter Farissa Luthfia

Kepri (SN) – Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat. Selama bulan Ramadan, organ-organ tubuh yang biasanya bekerja tanpa henti kini diberi jeda, dimulai dari sahur hingga berbuka.
Tak jarang, banyak orang yang memilih untuk mengurangi aktivitas fisik mereka, mengingat asupan yang diterima tubuh pun tidak sebanyak biasanya. Namun, setelah bulan puasa berlalu, tubuh perlu beradaptasi kembali agar dapat menjalani rutinitas harian dengan normal.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, dr. Farissa Luthfia, Sp. P. D., mengatakan bahwa kunci utama dalam mengembalikan kebiasaan makan setelah sebulan berpuasa adalah dengan memiliki kesadaran penuh atau mindfulness. Pada saat Idul Fitri, berbagai hidangan lezat disajikan, dan di sinilah pentingnya kita untuk memilih makanan yang tepat demi memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
“Kadang-kadang, setelah berpuasa sebulan penuh, banyak orang yang ‘balas dendam’ pada saat Lebaran. Mereka makan dengan berlebihan—lemak berlebih, tinggi gula, garam, dan kolesterol—yang bisa memicu penyakit seperti kolesterol tinggi, hipertensi, atau diabetes, apalagi bagi mereka yang sudah memiliki penyakit penyerta,” jelas Farissa, seperti yang dikutip dari laman Kemenkes pada Sabtu (1/3/2025).
Baca Juga : Umat Islam Siap Menyambut Bulan Suci dengan Penuh Berkah
Lebih lanjut, Farissa menjelaskan bahwa pola makan yang sadar (mindful eating) ini sebaiknya tidak hanya diterapkan saat Lebaran saja, tetapi juga harus diteruskan pada hari-hari berikutnya. Pola makan yang sehat selama bulan Ramadan harus menjadi investasi untuk kehidupan yang lebih sehat di masa depan.
Dalam ajaran agama Islam, setelah Ramadan, umat Muslim dianjurkan untuk melanjutkan puasa dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Ini adalah cara untuk melatih diri agar terbiasa. Bahkan, bagi mereka yang ingin lebih lanjut, bisa melakukan puasa Daud atau mengikuti pola makan seperti intermittent fasting, yang bertujuan untuk menjaga pola makan tetap teratur.
“Jika tidak kuat berpuasa, yang terpenting adalah tahu kapan harus makan dan kapan harus berhenti makan. Jangan makan berlebihan. Pola makan seperti ini harus dibiasakan,” ujar Farissa.
Ia juga menekankan pentingnya mengubah pola pikir tentang makanan. “Jika kita menganggap makanan bukan sebagai rekreasi, tetapi sebagai pemenuhan nutrisi tubuh, kita akan lebih disiplin dalam makan.”
Tak hanya mengatur pola makan, menjaga kesehatan tubuh setelah puasa juga memerlukan perhatian terhadap kebutuhan nutrisi, baik makronutrien maupun mikronutrien. Makronutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat harus tercukupi, sementara mikronutrien seperti vitamin D juga sangat penting, terutama di musim hujan, karena asupan sinar matahari yang terbatas.
Selain itu, dr. Farissa menyarankan agar meskipun berpuasa, harus tetap menjaga rutinitas olahraga. Idealnya, disarankan untuk berolahraga 150 menit per minggu, dengan durasi dan jenis olahraga yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.
“Jika selama puasa tidak berolahraga, kita bisa mulai dengan olahraga ringan dan bertahap, seperti jalan kaki, bersepeda, latihan kekuatan, atau yoga dan pilates,” paparnya.
Baca Juga : Pastikan Takjil Aman dan Berkualitas, Dinkes PPKB Tanjungpinang Intensifkan Pengawasan Makanan Berbuka Puasa
Dr. Farissa sendiri membagi waktu olahraganya dalam lima kali seminggu, dengan masing-masing sesi berdurasi 30 menit. Pada hari Senin, ia berenang, Rabu bersepeda, Jumat angkat beban, dan Sabtu serta Minggu melakukan pilates.
Yang tak kalah penting, Farissa mengingatkan agar kita selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penyakit.
“Cuaca saat ini sedang tidak menentu. Kadang hujan deras, kadang panas. Perubahan cuaca yang ekstrem dapat menurunkan daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu, PHBS harus selalu diterapkan agar kita tidak mudah tertular penyakit,” tutupnya. (SN)
Editor : Mukhamad