Drama di Debat Calon Gubernur Kepri: Rudi-Rafiq Memukau dengan Identitas Melayu yang Kental

Batam (SN) – Dalam suasana yang penuh kegembiraan dan harapan, calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), H Muhammad Rudi (HMR) dan H Aunur Rafiq, memasuki Ballroom Radisson Hotel Batam pada Sabtu, (2/11/2024). Dengan langkah pasti dan percaya diri, mereka tidak hanya membawa visi untuk Kepri, tetapi juga semangat budaya Melayu yang tak tergoyahkan.
Saat para pendukung bersorak, mata semua orang tertuju pada dua sosok yang mengenakan baju teluk belanga putih yang anggun, dipadukan dengan peci hitam yang menambah kharisma. Mereka tak sekadar berpakaian; mereka menghidupkan kembali warisan budaya negeri Segantang Lada ini.
Pakaian yang mereka kenakan bukan sekadar pilihan estetis, tetapi sebuah pernyataan. Dengan bangga, Rudi-Rafiq menunjukkan bahwa adat dan budaya Melayu adalah bagian tak terpisahkan dari identitas mereka sebagai pemimpin.
Di tengah debat yang memanas, simbolisme ini memberi makna mendalam; mereka tidak hanya mewakili suara rakyat, tetapi juga menghormati akar budaya yang telah membentuk daerah ini.
Dalam setiap detil, tradisi Melayu berbisik tentang nilai-nilai luhur. Kain sampin yang dikenakan Rudi dan Rafiq, sebagai lambang kehormatan, menegaskan komitmen mereka untuk menjunjung tinggi adat.
Bagi yang belum menikah, sampin di atas lutut; bagi yang sudah menikah, hingga di bawah lutut—setiap aturan memiliki arti, mencerminkan perjalanan hidup dan tanggung jawab.
Ketika mereka berdebat, dengan baju Melayu yang terlipat rapi, pemakaian kain sampin di dalam baju teluk belanga menjadi simbol kesopanan dan kepatuhan terhadap norma-norma. Kancing cekak musang yang harus berjumlah lima, merepresentasikan rukun Islam yang mengikat mereka dalam nilai-nilai spiritual.
Tak ketinggalan, peci hitam yang mereka kenakan menambah wibawa. Dalam setiap pemikiran dan kata yang dilontarkan, mereka membawa harapan masyarakat Kepri, bersatu dalam identitas yang kaya dan beragam.
Sorakan dukungan dan tepuk tangan menggema, mengingatkan semua orang bahwa di balik setiap debat, ada jiwa-jiwa yang memperjuangkan masa depan.
Dengan semangat juang yang membara, H Muhammad Rudi dan H Aunur Rafiq bukan hanya bertarung di panggung politik, tetapi juga mempertahankan kebanggaan dan keagungan budaya Melayu.
Debat ini bukan hanya ajang memperebutkan kursi, tetapi sebuah perayaan identitas yang kuat, yang akan terus mengalir dalam setiap langkah mereka menuju masa depan Kepulauan Riau. (ski)
Editor : M Nazarullah