Menyemai Harapan di Ujung Usia: Perjalanan Sasmarni dalam Menyentuh Hati dan Jiwa

Tanjungpinang (SN) – Di tengah kesibukan dan tantangan kehidupan yang tak pernah surut, ada sosok yang senantiasa berjuang dengan sepenuh hati. Sasmarni, seorang Penyuluh Agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tanjungpinang Kota, adalah salah satunya.
Dengan semangat yang tak pernah padam, ia terus melangkah dalam jihadnya memberantas buta huruf Al-Qur’an, sebuah misi mulia yang ia emban dengan penuh dedikasi dan ketulusan.
Di wilayah binaannya, Tanjung Lanjut, ada sebuah masjid yang menjadi saksi bisu perjuangannya; Masjid Al Kautsar. Di sinilah, setiap minggunya, para ibu-ibu lansia berkumpul untuk mendapatkan bimbingan khusus dari Sasmarni.
Sebanyak dua puluh ibu, yang sebagian besar berusia antara 50 hingga 60 tahun, hadir dengan antusiasme yang tulus. Setiap pertemuan dimulai usai salat Zuhur berjamaah, menciptakan suasana yang penuh berkah dan kehangatan.
Dengan pendekatan yang lembut dan penuh kesabaran, Ustazah Sasmarni menggenggam tangan-tangan renta itu, menuntun mereka dengan kasih sayang.
“Bimbingan kepada para lansia dilakukan usai melaksanakan salat Zuhur berjamaah,” ucapnya dengan senyuman yang menenangkan belum lama ini.
Ia tahu betul bahwa di balik usia yang telah lanjut, ada keinginan yang kuat untuk belajar dan mendalami ajaran agama.
Sasmarni, yang akrab disapa Sas oleh masyarakat, mengungkapkan bahwa sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai penyuluh agama untuk memberikan pendampingan kepada para ibu yang suaminya bekerja sebagai nelayan.
“Saya merasa ini adalah panggilan hati. Mereka membutuhkan bimbingan, dan saya di sini untuk membantu,” ujarnya.
Tanpa pamrih, Sasmarni mengadakan empat kali pertemuan dalam seminggu, semua dilakukan secara gratis, tanpa memungut biaya sepeser pun.
Setiap pertemuan adalah sebuah perjalanan. Dalam suasana hangat dan penuh kasih, mereka belajar melafalkan huruf demi huruf, merangkai kata-kata suci dalam Al-Qur’an.
Sasmarni mengajak para ibu untuk tidak hanya membaca, tetapi juga memahami makna yang terkandung dalam setiap ayat. Ia percaya, dengan pemahaman yang baik, cinta kepada Al-Qur’an akan tumbuh subur di dalam hati mereka.
Dengan tekad yang menggebu, Sasmarni terus menyerukan pentingnya pengajaran Al-Qur’an. “Kita harus berjihad untuk memberantas buta huruf Al-Qur’an,” tegasnya.
Baginya, upaya ini bukan hanya sekadar tugas, melainkan sebuah kewajiban moral yang harus dijalani dengan penuh komitmen. Ia berharap, suatu saat nanti, di Tanjungpinang, tidak akan ada lagi umat Islam yang buta huruf terhadap kitab suci yang menjadi petunjuk hidup.
Sososk Sasmarni adalah lambang harapan dan perubahan. Di balik senyumnya yang tulus, ada dedikasi tanpa batas untuk memastikan bahwa cahaya Al-Qur’an menyinari setiap sudut kehidupan masyarakat.
Ia mengajarkan bahwa usia bukanlah penghalang untuk belajar dan menggapai pengetahuan. Dengan semangat yang membara, ia mengajak semua orang untuk berpartisipasi dalam usaha mulia ini, demi masa depan yang lebih baik dan berkah bagi generasi mendatang.
Di setiap langkahnya, ia menyebarkan benih-benih cinta kepada Al-Qur’an, meyakinkan para ibu bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berbenah diri. Ketika melihat mereka tersenyum saat berhasil melafalkan ayat-ayat suci, hati Sasmarni dipenuhi rasa syukur dan haru. (*)
Editor : M Nazarullah