Menggenggam Keberanian: Kisah Kania dan Pengibaran Bendera di MIS Nurul Huda

Suasana penuh khidmat mewarnai upacara pengibaran bendera merah putih yang dilaksanakan dengan penuh rasa hormat di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Nurul Huda di Karimun, Selasa (1/10/2024). (F-Kemenag Karimun)

Karimun (SN) – Pagi itu, sinar matahari memancar hangat, menyinari halaman Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Nurul Huda di Karimun, Selasa (1/10/2024). Suasana penuh khidmat mewarnai upacara pengibaran bendera merah putih yang dilaksanakan dengan penuh rasa hormat.

Dengan tekad yang bulat, seluruh peserta upacara berkumpul di lapangan, siap untuk mengikuti prosesi dari awal hingga akhir.

Pada pukul 07:00, protokol upacara mulai membacakan susunan acara, dan semua mata tertuju pada tiang bendera yang menjulang tinggi. Namun, di balik keindahan upacara tersebut, tersimpan kisah menegangkan dari seorang siswa kelas IV A, Kania, yang mendapat kehormatan sebagai pengibar bendera.

Kania, gadis cilik dengan semangat membara, merasakan campuran emosi yang tak tertandingi. “Saya merasa bahagia bisa terpilih, tapi rasa takut dan ragu lebih besar saat mendengar protokol menyebutkan, pengibaran bendera merah putih oleh petugas upacara,” ungkapnya dengan mata berbinar.

Jantungnya berdebar, rasanya seperti waktu terhenti sejenak. Kania merasa bingung harus mulai dari mana, namun di tengah ketegangan, satu tekad muncul dalam dirinya.

Dengan segenap keberanian, Kania mengeluarkan aba-aba, “Siap, ndan, maju jalan!” Suara yang menggema di lapangan seakan membangkitkan semangat semua yang hadir.

Dengan langkah penuh keyakinan, Kania memimpin teman-temannya menuju tiang bendera. Namun, ketegangan masih menyelimuti, terutama saat mereka mulai mengikat tali dan menaikkan bendera.

“Jantung ini berdetak tidak seperti biasanya, rasanya seperti tak karuan,” tutur Kania.

Tetapi, ketika bendera merah putih mulai naik, rasa lega menggantikan ketegangan. “Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar hingga selesai. Rasanya lega sekali,” tambahnya sambil menyunggingkan senyum haru.

Di sisi lain, Rional Fajri, yang bertindak sebagai pelatih, menceritakan pengalamannya melatih Kania dan kawan-kawannya. Ia menyadari bahwa tugas sebagai pengibar bendera bukanlah hal yang mudah.

“Yang paling sulit dalam melatih petugas upacara adalah pengibar bendera,” ujarnya.

Rional menjelaskan bahwa pengibar bendera harus bisa melangkah dengan benar dan menyeragamkan langkah dengan teman-teman, baik saat berjalan maupun ketika berbelok.

“Semua harus sinkron antara satu dengan lainnya,” tambahnya.

Ia pun memahami ketegangan yang dirasakan siswa-siswa yang baru pertama kali menjalani tugas ini.

“Wajar jika ada yang gemetar, karena ini juga perdana bagi mereka. Tapi, secara keseluruhan, mereka sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik,” puji Rional.

Pengalaman mengibarkan bendera ini bukan hanya sekadar pelatihan kedisiplinan, tetapi juga momen berharga bagi Kania dan teman-temannya untuk belajar menghadapi ketakutan dan merasakan kebanggaan atas tanggung jawab yang mereka emban.

Dalam suasana yang menegangkan itu, mereka tidak hanya belajar tentang bendera yang melambangkan negara, tetapi juga tentang keberanian, kerja sama, dan semangat juang yang harus terus dipupuk.

Kania dan teman-temannya pulang dengan membawa kenangan indah dan pelajaran berharga. Upacara pagi itu bukan hanya menjadi ritual rutin, tetapi juga menandai awal perjalanan mereka dalam menumbuhkan keberanian menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.

Semangat yang berkobar dalam hati mereka akan menjadi api yang menyala, memotivasi untuk terus berjuang dan berkontribusi bagi bangsa.

Dengan setiap detak jantung yang penuh harap, Kania dan teman-temannya telah menunjukkan bahwa meskipun ada rasa takut, keberanian untuk melangkah maju adalah kunci untuk meraih mimpi dan menghadapi segala tantangan.

Wartawan : Fhie
Editor : Muhkhamad

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *