Olah Barang Bekas : Pelajaran Berharga tentang Kreativitas dan Lingkungan di MIS Nurul Islam Kundur

Karimun (SN) – Di sebuah pagi yang cerah di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Nurul Islam Kundur, Karimun suasana kelas 4 dipenuhi dengan semangat dan keceriaan. Di tengah tumpukan sedotan minuman yang beraneka warna, siswa-siswa tampak antusias menyambut pelajaran Seni Rupa yang unik dan inspiratif.
Di bawah bimbingan wali kelas mereka, Mulyani, mereka tidak hanya diajarkan tentang seni, tetapi juga tentang kepedulian terhadap lingkungan dan kreativitas yang tak terbatas.
Mulyani, dengan senyum ramah dan semangat yang menular, mulai menjelaskan tujuan kegiatan hari itu.
“Hari ini kita akan belajar bagaimana mendaur ulang barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat dan indah,” ujarnya, Rabu (25/9/2024).
Dia ingin menanamkan pemahaman bahwa setiap benda memiliki potensi yang bisa dikembangkan, bahkan sedotan yang sering kali dianggap sepele.
“Dengan sedikit imajinasi, kita bisa mengubah sedotan ini menjadi bunga-bunga cantik,” tambahnya, sambil menunjukkan beberapa contoh karya yang sudah dibuat sebelumnya.
Mendengar penjelasan itu, para siswa langsung bersemangat. Mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan mulai bereksperimen dengan berbagai teknik. Dengan hati-hati, mereka memotong sedotan menjadi ukuran yang diinginkan, melipatnya dengan teliti, dan menyusunnya menjadi bentuk-bentuk bunga yang menarik.
Canda tawa pun terdengar saat mereka saling berbagi ide dan mencoba berbagai teknik. Beberapa siswa tampak lebih berani, mencoba menciptakan bentuk yang lebih rumit, sementara yang lainnya dengan sabar menyusun bunga sederhana namun menawan.
“Saya tidak pernah berpikir sedotan bisa dijadikan bunga! Ini sangat menyenangkan!” seru salah satu siswa, yang tampak terpesona dengan hasil karyanya.
Mereka berkolaborasi, saling memberi saran, dan bahkan menciptakan cerita di balik setiap bunga yang mereka buat. Tak hanya sekadar bunga, tetapi karya-karya itu menjadi lambang kreativitas dan kerja sama.
Di tengah kesibukan tersebut, Mulyani berkeliling kelas, memberikan dorongan dan pujian kepada setiap siswa. Dia memperhatikan dengan teliti bagaimana siswa-siswa ini tidak hanya belajar membuat bunga, tetapi juga mengembangkan keterampilan motorik halus mereka.
“Ini adalah kesempatan bagus untuk melatih ketelitian dan kesabaran,” ujarnya, menyemangati mereka untuk terus berinovasi.
Beberapa siswa, tak puas hanya dengan bunga, mulai menambahkan aksesoris dari barang-barang bekas lainnya, seperti manik-manik, pita, dan kertas berwarna. Dengan cermat, mereka menghias karya mereka, menciptakan kombinasi warna dan tekstur yang menakjubkan.
“Lihat, bunga ini bisa lebih cantik dengan manik-manik ini!” teriak salah satu siswa, menunjukkan hasil kreasinya yang gemerlap.
Keterlibatan aktif ini menciptakan suasana belajar yang penuh kegembiraan, di mana setiap anak merasa dihargai dan termotivasi untuk berkontribusi.
Saat waktu pelajaran hampir habis, Mulyani mengumpulkan siswa-siswa untuk mempresentasikan hasil karya mereka. Setiap kelompok dengan bangga menunjukkan bunga-bunga hasil kreasi mereka, menjelaskan proses pembuatan dan inspirasi di balik setiap karya.
Ada kebanggaan yang terpancar dari wajah mereka, seolah-olah mereka tidak hanya menampilkan hasil akhir, tetapi juga pengalaman belajar yang menyenangkan dan berharga.
“Saya tidak hanya belajar tentang seni, tetapi juga tentang cara menjaga lingkungan,” ungkap salah satu siswa dengan penuh percaya diri.
Kata-kata itu mencerminkan perubahan yang telah terjadi dalam diri mereka—sebuah kesadaran bahwa kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan bisa berjalan beriringan.
Menyaksikan kebahagiaan dan semangat siswa-siswa tersebut, Mulyani merasa bangga. Dia menutup sesi dengan harapan yang tulus.
“Semoga kegiatan ini bisa menginspirasi kalian untuk terus berpikir kreatif dan peduli terhadap lingkungan di sekitar kita. Mari kita jaga bumi ini dengan cara yang sederhana, tetapi bermakna,” harapnya.
Hari itu, di MIS Nurul Islam Kundur, bukan hanya tentang membuat bunga dari sedotan. Itu adalah tentang menanamkan nilai-nilai kreatifitas, kolaborasi, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan penuh semangat dan inspirasi, para siswa meninggalkan kelas dengan tangan penuh karya dan hati yang penuh harapan, siap untuk menjelajahi dunia dengan cara yang lebih kreatif dan peduli. (*)
Editor : Mukhamad