Cahaya Syafaat: Menggenggam Harapan di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Tanjungpinang

Tanjungpinang (SN) – Di tengah suasana hening Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Tanjungpinang, Kamis (29/08/2024) pagi, suara lembut Sasmarni menggema penuh rasa haru. Beliau, seorang Penyuluh Agama Islam dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanjungpinang kota, sedang berdiri di hadapan 25 wanita yang tengah menjalani masa pemulihan.
Dengan penuh ketulusan dan rasa kasih, Sasmarni memulai pembinaan dengan tema yang sangat penting: harapan akan syafaat Rasulullah Saw di hari akhir nanti.
“Sahabat-sahabatku,” katanya lembut, “setiap muslim memiliki harapan mendalam untuk mendapatkan syafaat Rasulullah Saw di hari kiamat. Beliau adalah manusia pilihan, pemegang syafaat al-uzma—syafaat agung yang Allah SWT izinkan untuk diberikan kepada umat-Nya.”
Baca juga : Dedikasi Tanpa Batas: Sasmarni dan Perjuangan Membimbing Ibu-Ibu Nelayan Kampung Madong Membaca Al-Quran
Mata-mata para wanita itu berkilau, seolah-olah masing-masing dari mereka sedang merenung dalam-dalam tentang makna kata-kata itu.
Sasmarni melanjutkan, “Dalam doa-doa kita, kita memohon agar Rasulullah Saw kelak menjadi perantara yang memohonkan ampunan bagi kita di hadapan Allah. Syafaat beliau adalah karunia dan anugerah yang sangat berharga dari Allah untuk memuliakan hamba-Nya.”
Ia juga menjelaskan bahwa syafaat adalah karunia dan keutamaan yang hanya dapat diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dipilih.
Sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an, “Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya pada hari kiamat, sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.” (QS. Al-An’am: 51).
Sasmarni mengungkapkan bahwa ada dua kelompok utama yang dijanjikan akan memperoleh syafaat. Yang pertama adalah mereka yang melaksanakan salat wajib dengan penuh keikhlasan dan pengabdian hanya kepada Allah. Yang kedua adalah mereka yang dengan tulus bersalawat kepada Nabi, sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Rasulullah Saw.
Dengan suara penuh pengertian, Sasmarni berkata, “Salawat adalah ungkapan cinta kita kepada Nabi. Ketahuilah, Nabi kita sangat mencintai umatnya. Bahkan ketika beliau menghadapi ajal, satu hal yang terus menerus ada dalam pikirannya adalah nasib umatnya setelah kepergiannya.”
Sasmarni kemudian mengajak para jamaah untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai batu loncatan menuju perubahan yang lebih baik.
“Semoga kalian, saudari-saudariku yang sedang dalam masa pemulihan, dapat lebih taat kepada perintah Allah dan menjadikan masa depan kalian lebih cemerlang,” ucapnya dengan penuh harapan.
Dengan mata penuh doa dan harapan, Sasmarni menutup pertemuan tersebut dengan doa agar seluruh jamaah, semua, bisa meraih keberkahan dan syafaat Rasulullah SAW di hari kiamat nanti. “Aamiin,” kata mereka serempak, mengungkapkan harapan dan keyakinan yang mendalam. (Bagian II)
Sumber : Kemenag Tpi
Editor : M Nazarullah
Baca juga : Menembus Batas: Perjuangan Messy dan Miranda dari Kepulauan Anambas Menuju KSM 2024 Tingkat Nasional
Baca juga : Rafka Rafael Santoso: Sebuah Perjalanan Menuju Juara dan Inspirasi di Lomba Gurindam 2024