Pasca Pandemi Covid-19 Perekonomian Kepri Mulai Bangkit, Lampaui Nasional
Tanjungpinang (SN) – Kepala Kanwil Ditjen Pembendaharaan Provinsi Kepri Indra Soeparjanto mengungkapkan perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan pada Triwulan II-2023, dimana mencapai sebesar 5,04 persen (YoY). Bahkan hasil ini lebih baik bila dibandingkan dengan Triwulan II tahun 2022 yang hanya tumbuh sebesar 5,01 persen (YoY) dan jika dibandingkan dengan Triwulan I 2023, perekonomian Kepri tumbuh sebesar 0,72 persen (QoQ).
“Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan stabilitas sistem keuangan hingga Triwulan II-2023 terus terjaga, mengikuti tren pemulihan perekonomian yang positif,” katanya di Dompak, Tanjungpinang, Selasa (22/9/2023).
Ditambahkannya, prestasi perekonomian Kepri ini juga melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,03 persen. Secara khusus, pertumbuhan ekonomi Kepri dalam periode tahunan (YoY) menduduki peringkat pertama di antara provinsi-provinsi lain di Sumatera. Capaian ini memberikan semangat dan motivasi bagi Kepri untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik di masa depan.
“Provinsi Kepri memiliki kontribusi penting terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera, yakni sebesar 7,38 persen, serta mendukung Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 1,61 persen,” jelasnya.
Sementara tambah indra, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berperan penting dalam menjaga stabilitas perekonomian secara makro. Selama pandemi, APBN telah berhasil menjalankan kebijakan anti-siklus (countercyclical) yang efektif dalam mendukung pemulihan ekonomi baik di tingkat nasional maupun regional.
<span;>”Pemulihan ekonomi di Kepri sejalan dengan peningkatan mobilitas dan aktivitas usaha masyarakat, serta penurunan kasus Covid-19 baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia,” ujarnya lagi.
Hingga akhir Agustus 2023 tambahnya, Pendapatan Negara di Kepri telah mencapai Rp7.797,67 miliar atau sekitar 66,02 persen dari target pendapatan yang berasal dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Penerimaan Perpajakan menjadi penyumbang terbesar, mencapai Rp6.503,17 miliar atau sekitar 68,10 persen dari target pendapatan pajak tahun 2023.
Sementara itu lanjutnya, total Belanja Negara di Kepri hingga akhir Agustus 2023 mencapai Rp9.677,81 miliar atau sekitar 58,90 persen dari total anggaran. Belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp4.411,22 miliar atau sekitar 51,95 persen, mengalami peningkatan signifikan sebesar 38,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Belanja Modal mencapai pertumbuhan yang luar biasa, mencapai 104,19 persen, atau sekitar Rp8.155,45 miliar atau 49,63 persen dari total anggaran,” katanya.
Indra juga menyebutkan,penyaluran Transfer Ke Daerah (TKD) di Kepri juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai Rp5.266,59 miliar atau sekitar 66,21 persen. Ini merupakan kenaikan sebesar 9,85 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022. Peningkatan TKD ini disebabkan oleh proyek Prioritas Nasional dan Major Project yang dilaksanakan oleh beberapa pemerintah daerah di Kepri.
Pada Agustus 2023, dua kota utama di Provinsi Kepri, yaitu Kota Batam dan Kota Tanjungpinang, mengalami inflasi sebesar 2,97 persen (YoY) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,48. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan IHK dari 111,18 pada Agustus 2022 menjadi 114,48 pada Agustus 2023. Secara bulanan (MoM), inflasi di Kepri mencapai 0,16 persen.
“Di antara kedua kota tersebut, Kota Batam mengalami inflasi sebesar 3,10 persen (YoY), sedangkan Kota Tanjungpinang sebesar 2,04 persen (YoY),” tambahnya.
Beberapa isu strategis di Provinsi Kepri diterangkannya pada akhir Agustus 2023 termasuk masalah ekspor dan impor. Sektor nonmigas menjadi penyumbang terbesar dalam ekspor, mencapai 78,44 persen dari total ekspor di bulan Agustus 2023. Ini juga berdampak positif pada perolehan Pajak Penghasilan (PPh) sektor Industri di bulan yang sama.
Negara Singapura, AS, dan Tiongkok menjadi mitra ekspor terbesar Kepri pada bulan tersebut. Sementara itu, sektor nonmigas juga mendominasi impor, mencapai 82,53% dari total impor di bulan Agustus 2023, dengan barang seperti mesin/peralatan listrik dan mesin/pesawat mekanik sebagai komoditas utama. Tiongkok, Singapura, dan Jepang menjadi pemasok impor terbesar Kepri.
Isu strategis kedua adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMi) di Kepri hingga 31 Agustus 2023. Total penyaluran KUR dan UMi mencapai Rp1.085,18 miliar, dengan penyaluran KUR sebesar Rp1.047,45 miliar dan penyaluran UMi sebesar Rp37,73 miliar.
“Kota Batam menjadi wilayah dengan penyaluran KUR dan UMi tertinggi, mencapai Rp549,99 miliar, sementara Kabupaten Lingga memiliki penyaluran terendah, yaitu Rp38,89 miliar. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran masih mendominasi penyaluran, mencapai 50,38 persen,” tukasnya. (SN)
Editor : Sutana